Páginas

2P+7K : FORMULA HADAPI CINTA


2P+7K : FORMULA HADAPI CINTA

Bismillahirrahmanirrahim.
            Segala puji bagi Allah SWT, Sang Maha Ilmu, yang telah mengalirkan ide dan inspirasi untuk dituangkan dalam artikel sederhana ini. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah bagi junjungan kita, Rasulullah SAW.
Cinta. Sebuah rasa yang Allah titipkan dalam kalbu setiap insan.  Sungguh, kita tak punya kuasa untuk menawar, atau menolaknya. Tanpa pernah disangka, muncul rasa yang berbeda pada si ‘dia’. Tanpa direncanakan, ‘dia’ tiba-tiba mengisi hari-hari kita. Hingga tanpa disadari, kita lebih sering memikirkan ‘dia’ dari pada Dia.
Sebagai remaja muslim muslimah, tentu kita tak ingin secuil rasa di dalam dada menjauhkan kita dari Sang Maha Kuasa. Untuk mengendalikan ‘cinta’, kita wajib berusaha. Apa saja yang bisa kita lakukan agar yang sedang kita rasakan tidak membuat lalai dari beribadah kepada-Nya? Berikut ini kiat-kiat  menghadapi ‘si merah jambu’, yang saya pun masih belajar untuk menerapkannya.
Saya formulakan dalam 2P+7K:
1.      Pandailah memilih lingkungan.
Di masa yang rawan dan labil ini, kita harus bisa memilih dengan siapa baiknya kita berteman. Kawan-kawan mungkin familiar dengan sabda Rasul berikut ini;
"Sesungguhnya perumpamaan teman yang shalih dengan teman yang buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan pandai besi. Seorang penjual minyak wangi bisa memberimu minyak wangi, atau kamu membeli darinya, atau kamu bisa mendapatkan wanginya. Dan seorang pandai besi bisa membuat pakaianmu terbakar, atau kamu mendapat baunya yang tidak sedap."
[Hadits Shahih, riwayat Bukhari (no. 5534), Muslim (no. 2638), Ahmad (no. 19163)]
Dan ini,     
“Agama seseorang itu tergantung kepada agama teman dekatnya, maka hendaklah salah seorang diantara kalian melihat siapa yang dijadikan teman karibnya.”
[Hadits hasan, riwayat Tirmidzi (no. 2387), Ahmad (no. 8212), dan Abu Dawud (no. 4833)]
Maka lihatlah lingkungan di mana kita berada. Sadarilah dengan siapa kita bergaul. Tidakkah kita merasa risi saat orang di sekitar kita men”cie-cie”kan kita saat mengetahui rasa yang kita pendam? Sebagai orang yang beriman, tentu kita akan merasa malu.
Perihal memilih lingkungan, Allah SWT berfirman;
“Dan sabarkanlah dirimu beserta orang-orang yang menyeru Rabbnya di waktu pagi dan petang dengan mengharap keridhaan-Nya, dan janganlah kamu palingkan wajahmu dari mereka hanya karena kamu menghendaki perhiasan dunia, dan janganlah kamu ikuti orang-orang yang telah Kami lalaikan hatinya dari mengingat Kami, dan menuruti hawa nafsunya, dan adalah keadaannya sangat melewati batas.” (QS. Al-Kahfi: 28)

2.      Keep it Yourself!
Jagalah rasa itu. Cukup diri sendiri dan Allah yang tahu. Pendam sedalam-dalamnya. Bila seluruh dunia sadar kita menyukai seseorang, tak malukah kita? Rasulullah SAW bersabda,
“Dan rasa malu adalah satu bagian dari iman” (HR. Muttafaq ‘alaih).
Saya punya sebuah perumpamaan;
Rasa suka dalam hati itu seperti menanam bibit dalam tanah. Ketika rasa itu diumbar dan orang-orang menjadi tahu, apalagi sampai men”cie-cie”kan kita, itu seperti memberi pupuk dan menyiram bibit tersebut. Membuatnya semakin tinggi, hingga tumbuh tak terkendali.
Dan bila rasa itu tak sepatutnya tumbuh, biarlah waktu yang menggugurkannya. Hingga ia mati dengan sendirinya.

3.      Kurangi asupan berbau cinta.
Lagu galau? Film cinta? NO! Jangan termakan oleh propaganda barat yang berusaha menggerogoti iman. Bila kita berkiblat pada gaya hidup barat, lambat laun kita akan menganggap aktivitas-aktivas ‘merajut cinta’ sebagai sesuatu yang wajar. Pikiran kita pun terngiang-ngiang oleh lirik “love, love, love” atau “I miss you” dan sebagainya. Benak kita akan tersugesti dengan adegan-adegan yang menurut mereka menggambarkan ‘cinta’. Ingatlah hadits nabi berikut ini;
Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang dhob (yang sempit sekalipun, -pen), pasti kalian pun akan mengikutinya.” Kami (para sahabat) berkata,Wahai Rasulullah, apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nashrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi?” (HR. Muslim no. 2669).
Dari pada menghabiskan waktu mendengar lagu-lagu yang melalaikan, lebih baik mendengarkan lantunan ayat suci Al-Qur’an. Dari pada merusak diri dengan tayangan kisah berbau cinta (yang biasanya bertokohkan pasangan belum halal), lebih baik membaca kisah-kisah yang bisa diteladani. Kisah Sayyidina Ali bin Abi Thalib dan Fathimah Az-zahra, misalnya. J

4.      Khalwat? Hindari sebisa mungkin, yuk!
“Janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk.” (Q.S Al Isra’ : 32)

Ayat di atas mengharamkan dua hal sekaligus: (a) zina; dan (b) segala perilaku yang mendekati perbuatan zina termasuk di antaranya adalah berduaan antara dua lawan jenis yang bukan mahram yang disebut dalam istilah bahasa Arab khalwat dengan yang selain mahram.

Juga berdasarkan hadits riwayat Ahmad dalam kitab Musnad hadits no. 14692

من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فلا يخلون بامرأة ليست معها ذو محرم منها فإن ثالثهما الشيطان
Artinya: Barangsiapa yang beriman pada Allah dan hari akhir maka hendaknya tidak berkhalwat dengan perempuan bukan mahram karena pihak ketiga adalah setan.

Selain itu, di masa modern ini jangan sampai kita terjebak dengan “cyber khalwat”. Ya, cyber khalwat. Memangnya menurut kawan-kawan berkomunikasi via online dengan si dia (apalagi hingga bermesra-mesraan) itu bukan khalwat? Atau bermanja ria lewat chat dengannya, itu bukan khalwat? Let’s think again. J

5.      Komunikasi dengannya bila urgen.
Cinta datang karena terbiasa. Karena banyaknya interaksi. Karena tingginya intensitas komunikasi.
Ingat kawan, Allah melarang kita untuk MENDEKATI zina. Maka janganlah mencari-cari alasan untuk berinteraksi dengan si dia. Apalagi hanya membicarakan hal yang kurang penting, sekadar basa-basi. Itu, sih, modus namanya.
Saya punya satu perumpaan lagi. Bila mengumbar perasaan itu seperti memberi pupuk dan menyiram si ‘tanaman’, berkomunikasi dengan ikhwan/akhwat yang kita sukai itu bagai menumpahkan minyak pada kobaran api. Membuatnya semakin membara. Dan kita tak tahu perlu berapa truk pemadam kebakaran untuk meredam ganasnya ‘si jago merah’. J

6.      Katakanlah perasaanmu. Pada Yang Memberi Perasaan Itu.
Suka seseorang? Ceritakan semuanya pada Allah. Allah gak akan bocorin rahasia kita, koq. Apalagi men”cie-cie”kan kita. Malah, Allah akan memberikan solusi yang tak terpikirkan oleh manusia. Yakinlah bahwa Allah tahu yang terbaik bagi hamba-Nya. Bahkan lebih tahu dari diri kita sendiri. Jangan tergoda untuk mengutarakan rasa, atau istilahnya “nembak” si dia, hanya  karena kita pikir itu tindakan yang terbaik. It’s a BIG NO! Kecuali, kamu nembaknya bareng keluarga kamu, datangi keluarganya. Hihi...
Ada sebuah ungkapan yang mungkin sangat mengena bagi para pecinta dalam diiam;
 “Kala rindu menyapa, ku selipkan namamu dalam do’a.”
Mencintai dalam diam dan dalam do’a itu indah, lho. Percayalah. J

7.      Kencangkan ibadah
“Wahai para pemuda, siapa saja diantara kalian yang telah mampu untuk menikah, maka hendaklah dia menikah. Karena dengan menikah itu lebih dapat menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Dan barang siapa yang belum mampu, maka hendaklah dia berpuasa, karena sesungguhnya puasa itu bisa menjadi perisai baginya” (HR. Bukhori-Muslim)
Seusia kita ini, mungkin sangat jarang yang sudah siap untuk menikah. Maka sebagai orang yang belum mampu, anjuran Rasullullah adalah berpuasa. Yuk, rajinkan lagi puasa sunnahnya. Pahala dapat, fisik pun sehat. Enak, kan?
Tak hanya puasa. Ibadah lain seperti sholat, sedekah, membaca dan menghapal Al-Qur’an pun harus kita kencangkan. Agar kita tak disibukkan dengan hal-hal yang kurang bermanfaat atau pikiran-pikiran yang menjurus maksiat.

8.      Percaya pada janji Allah
“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula).” (Q.S An-Nur : 26)

Tuh, kan. Allah berfiman bahwa laki-laki yang baik untuk wanita yang baik. Maka, yuk, jadi wanita/laki-laki yang baik itu. Berusaha meningkatkan kualitas diri, dengan niat untuk Sang Illahi.
Ada sebuah ungkapan;
“Muhammad-kan dirimu, agar Allah meng-Khadijah-kan jodohmu. Fathimah-kan dirimu, agar Allah meng-Ali-kan jodohmu.”

9.      Kembali pada Sang Maha Cinta
“Dan segala sesuatu kami jadikan berpasang-pasangan, supaya kamu mengingat kebesaran Allah.” (Adz Dzariyaat: 49)
Sebagai makhluk yang tak berdaya, apa yang bisa lakukan selain menggantungkan segala sesuatu kepada-Nya?
Ingatlah firman Allah yang sering kita baca,
“Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu “ (QS. Al Ikhlas: 2)
Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap” (Q.S Al Insyirah: 8)

Pantaskah kita melupakan Allah karena cinta, padahal rasa ini Dia yang menitipkannya? Yuk, dekati Sang Maha Cinta. Sikapi perasaan dengan bijak. Agar rasa ini tetap berada dalam jalan yang diridhoi-Nya. J

Penutup dari saya,
“Allah menitipkan rasa cinta dalam hati setiap insan,  termasuk hatiku. Aku tak berhak untuk merekayasa, apalagi merusaknya. Tugasku hanyalah menjaga. Menjaga hingga Allah mengambil rasa ini kembali, atau Dia berkehendak mempersatukan kami.” J
Akhir kata saya mohon maaf atas segala kekurangan. Mohon maaf karena saya manusia biasa yang tak sempurna. Kesalahan sepenuhnya berasal dari saya dan kebenaran datangnya dari Allah SWT. Wallahua’lam.

Bandung, 19 Maret 2015.
Fira Pujia Nuraini.
-Juara 3 Lomba Artikel FESTARA ITB 2015-