Aku dan Apa yang Kurindu
oleh: Fira Pujia Nuraini
"Bila kau ingin melakukan perubahan, mulailah dari diri
sendiri, dari lingkungan terdekat, dan dari sekarang!"
Itulah di antara ucapan yang terngiang-ngiang di benakku. Aku, si Perindu
Perubahan. Bukan perubahan besar-besaran yang kuinginkan semacam revolusi,
rombak total parlemen, atau yang sebangsanya. Aku memimpikan perubahan dari hal
kecil seperti masyarakat yang terbiasa berlaku jujur, disiplin membuang sampah pada tempatnya, dan memperbaiki akhlak pada sesama. Ah, nampaknya itu bukan "hal kecil". Hal yang
kusebutkan tadi akan menghasilkan dampak yang besar bila satu orang memulainya,
kemudian bertambah satu, bertambah lagi, hingga banyak yang terinspirasi dan mengikutinya,
dan akhirnya terbentuklah perubahan massal guna kebaikan bersama.
Suatu hari pikiranku berkecamuk. Apa yang kupikirkan dilatarbelakangi oleh kemirisan melihat kondisi para penerus bangsa yang
sebagiannya semakin bobrok baik dari sisi pendidikan maupun moralnya. Nuraniku
kian tergerak untuk melakukan perubahan. Tetapi perubahan apa yang bisa
mendatangkan hasil yang signifikan?
Jawaban atas pertanyaan itu muncul kembali kala seorang temanku
bertanya,
"Fir, kalau kamu jadi pejabat, mau jadi apa?"
Dengan sigap aku menjawab,
"Menteri pendidikan!"’
Temanku itu kemudian mengangguk-angguk menunjukkan apresiasi. Untuk
kemudian ia bertanya lagi,
“Gak mau jadi presiden?”
Aku diam sejenak, kemudian tertawa kecil,
“Hehe...”
***
Aku adalah anak bungsu yang memiliki seorang kakak. Kendati bukan keluarga yang berlimpah harta, bisa dikatakan aku dibesarkan dengan didikan moral yang baik, meskipun perlu diakui bahwa ibukulah yang banyak berperan dan peran ayah kurang terasa. Aku selalu berusaha menjadi yang terbaik bagi mereka, sebagai manifestasi dari perintah Allah untuk birrul walidain. Adapun dengan kakak, hubungan kami sangat erat. Perangai kami pun banyak yang serupa. Aku mencintai mereka dan ingin bersama mereka tidak hanya di dunia, tapi juga hingga di surga.
Nah, sebelum berbicara lebih lanjut perihal mimpi, terlebih dahulu aku ingin menyampaikan visi, yakni: menjadi bermanfaat dan menginspirasi!
Nah, sebelum berbicara lebih lanjut perihal mimpi, terlebih dahulu aku ingin menyampaikan visi, yakni: menjadi bermanfaat dan menginspirasi!
Sebagai upaya mewujudkan motto, tentu aku berusaha untuk tidak ‘omong
doang’. Aku harus beraksi dengan bukti dan prestasi. Di antara yang sudah
kulakukan:
- ·Saat SMA, aku diamanahi menjadi Ketua Keputrian sehingga beberapa kali dipercayai untuk menyampaikan materi di keputrian dan sampai sekarang aktif menjadi mentor untuk adik-adik di DKM.
- Berkesempatan mengajar Bahasa Inggris di bimbingan belajar, yang saat masuk ke kelas, aku tidak hanya menyampaikan materi tetapi juga membagikan ilmu berisi nilai-nilai kehidupan.
- ·Kecintaanku pada dunia literasi membuatku semangat menulis dan beberapa kali memenangkan lomba menulis esai dan puisi.
Ada juga satu pengalaman yang berkesan. Selama dua
tahun, setiap dilaksanakannya ujian baik UTS, UAS, hingga UN, aku bersama
beberapa kawan kerap membagikan pita biru sambil mengkampanyekan MANTEP_GAN:
Mandiri Terpercaya, Gerakan Anti Nyontek Nasional. Kami berusaha menumbuhkan
atmosfer kejujuran di lingkungan sekolah. Alhamdulillah, cukup banyak teman yang jadi lebih percaya diri untuk jujur
saat ujian.
Kembali ke persoalan mimpi
dan kontribusi. Alasanku terpikirkan menjadi menteri pendidikan salah satunya
ingin merumuskan sistem pendidikan yang semoga lebih baik; dimana siswa bisa lebih
dini mengenali potensi dan diarahkan untuk menjadi ahli. Kemudian pembelajaran
dirancang agar fokus pada proses, bukan hanya hasil, yang semoga bisa mengurangi
kecurangan siswa dalam mengejar nilai dengan menghalalkan segala cara.
Akan tetapi, menteri bukanlah posisi yang bisa diraih seorang fresh
graduate. Sehingga, aku merumuskan alternatif
lain dalam cita-cita. Diantaranya:
- · Dengan kemampuan dan kelebihanku di bidang akademis, aku berkeinginan menjadi seorang akademisi. Aku semakin termotivasi ketika menghadiri suatu perkuliahan yang diisi oleh rektor kami, beliau berhasil menyuntikkan semangat untukku mengikuti langkah beliau menjadi dosen. Dosen yang jujur, menyenangkan, yang banyak berbagi dan bisa menginspirasi mahasiswanya agar berjuang demi kemajuan Indonesia.
- · Wirausahawan yang jujur, yang dapat membuka banyak lapangan kerja sehingga membantu perekonomian bangsa.
- · Penulis yang jujur. Karena dari satu tulisan dapat mempengaruhi banyak orang untuk bergerak. Maka, aku ingin bisa melawan tulisan-tulisan negatif dengan cara membuat tulisan yang mengajak pada kebaikan. Aku kerap menuangkan tulisanku di blog dan media sosial.
Semuanya harus diiringi dengan "yang jujur", sebab,
selain merindukan perubahan, aku juga merindukan kejujuran. Jujur dalam artian
ikhlas menjalani peran sesuai porsi dan tidak melakukan atau mengambil yang
bukan bagiannya. Jujur dalam makna tidak memanipulasi atau memodifikasi sesuatu
demi kepentingan pribadi. Jujur dengan memaksimalkan kontribusi diiringi
dedikasi sepenuh hati.
Terdengar idealis, memang. Tetapi bukankah semangat generasi muda memang
sedang menggebu-gebunya? Karena itu, alangkah baiknya apabila dorongan semangat
itu diarahkan pada cita-cita positif. Bukan digunakan untuk coba-coba hal
negatif atas dasar penasaran yang kemudian berujung penyesalan.
Aku percaya, di antara sekian opsi yang kusampaikan tadi, peran
apapun yang akan kulakoni nanti pasti akan memberi kontribusi bagi keluarga,
bangsa, dan agama. Selama hal itu diniatkan untuk kebaikan dan menebarkan kebermanfaatan
dalam bingkai perdamaian.
Terakhir, pesanku untuk para pemuda: Wahai penerus bangsa, mari maksimalkan
potensi, lejitkan prestasi!
– Esai Selesai –
Esai ini dibuat sebagai syarat pendaftaran “Beasiswa Bazma Petamina
2017”. Aku amat berterima kasih kepada panitia penyeleksi, sebab dengan adanya
esai ini membuatku lebih terarah dalam memetakan mimpi. Dan harapan si Perindu
ini ialah semoga Beasiswa Bazma Pertamina dapat menjadi salah satu jalan untukku
mengejawantahkan angan.
Fira Pujia Nuraini, 13 Oktober 2017
0 komentar:
Posting Komentar